Menilik Perjuangan Para Aktivis dalam Memperjuangkan Hak Kaum LGBT di USA
Menilik Perjuangan Para Aktivis dalam Memperjuangkan Hak Kaum LGBT di USA – Setiap orang memiliki kesamaan hak dan hukum yang harus dihormati. Begitu juga bagi kaum lesbi, gay, biseksual dan transgender atau LGBT yang masih dipandang sebelah mata di USA. Ya, banyaknya masyarakat yang menganggap kaum LGBT sebagai hal yang tabu ini membuatnya kehilangan berbagak hak. Baik itu hak yang berlaku untuk sesama manusia maupun hak yang berlaku untuk kepentingan hukum. Bahkan, tak sedikit kaum LGBT yang cenderung mendapat ancaman dan kecaman yang membahayakan keselamatannya. Kondisi inilah yang membuat kaum LGBT cenderung membatasi dirinya dengan berkumpul sesama kaumnya saja pada suatu wilayah dan menghindari kontak dengan masyarakat pada umumnya. Alhasil, kaum LGBT terkendala dengan keterbatasan ruang dan waktu untuk berbaur dengan masyarakat pada umumnya. Selain itu, kaum LGBT semakin tertekan dengan hilangnya berbagai hak yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan sebagainya.
Pentingnya persamaan hak asasi manusia dan hak hukum untuk setiap orang membuat para aktivis mulai berfikir untuk memperjuangkan hak kaum LGBT di US. Ya, kaum yang dikenal dengan sebutan homoseksual maupun homofilia ini mulai bersatu dengan menempati wilayah yang sama sebagai pusat berkumpulnya sesama kaum bernama Greenwich Village. Melalui tempat perkumpulan tersebut maka sesama kaum LGBT dapat berkoordinasi dengan baik untuk membicarakan mengenai aksi-aksi untuk memperjuangkan hak asasi manusia dan hak hukum. Bahkan, berbagai fasilitas perkumpulan seperti bar maupun klub malam telah didirikan untuk mengakomodasi kebutuhan para kaum LGBT. Selain itu, bergabungnya kaum LGBT di wilayah Greenwich Village juga digunakan sebagai upaya untuk menunjukkan eksistensi kaumnya kepada masyarakat umum.
Situasi dan kondisi politik di US yang tidak stabil ternyata dimanfaatkan oleh para aktivis untuk memperjuangkan hak berbagai kaum yang tertindas seperti kaum Afrika-Amerika, kaum Anti Perang Vietnam dan kaum LGBT. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas politik di US. Salah satunya adalah dengan melakukan razia keamanan secara rutin pada berbagai wilayah yang berpotensi menimbulkan konfilik. Sampai pada akhirnya, tombak perjuangan aktivis hukum dan HAM kaum LGBT ditancapkan saat razia keamanan digelar di Grenwich Village. Berbagai protes dilakukan oleh kaum LGBT yang bermukim di wilayah tersebut hingga ketegangan pun tidak bisa dihindari. Ketegangan berlanjut dengan berbagai aksi kerusuhan yang terjadi di sekitar lokasi pada tanggal 28 Juni hingga 1 Juli tahun 1969. Selain itu, kerusuhan yang terjadi menimbulkan berbagai kerusakan fasilitas umum dan korban jiwa baik dari pihak keamanan maupun kaum LGBT.
Terjadinya aksi kerusuhan yang berlokasi di Stonewall Inn (Greenwich City) dimanfaatkan dengan baik oleh para aktivis sebagai momentum untuk memperjuangkan persamaan hak kaum LGBT yang sempat tertindas. Kaum LGBT mulai membentuk kelompok kecil sesuai dengan orientasi seksualnya untuk menyebarkan berbagai tuntutan hak melalui berbagai media seperti media koran, media radio dan sebagainya. Hanya dalam waktu 6 bulan setelah terjadinya kerusuhan tersebut saja sudah berhasil membentuk 2 organisasi aktivis LGBT besar sekaligus di wilayah New York. Kaum LGBT juga menyepakati untuk mengadakan parade pada tanggal 28 Juni dengan nama Christopher Street Liberation Day untuk mengenang insiden kerusuhan yang pernah terjadi. Selain itu, didirikan pula Monumen Nasional Stonewall untuk menghormati perjuangan aktivis LGBT yang diresmikan Barrack Obama selaku Presiden US yang menjabat pada tahun 2016.